Tahap Perkembangan Bicara Anak Usia Dini



Perkembangan Bicara Anak Usia Dini - Setiap anak memiliki komponen pemerolehan bahasa yang sama. Hal tersebut dilihat dari segi perkembangan bahasa anak normal. Kesemua komponen tersebut dapat dilihat dari gejala dan tingkah laku anak usia dini yang meliputi fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatiknya.


Untuk anak normal, tahapan tersebut dibagi menjadi dua periode (Eni Zubaidah, 2003: 14) yaitu:

I. Periode Pralinguistik

Periode ini terjadi sejak lahir hingga usia usia 11 bulan. Tahap ini disebut juga tahap omong kosong, atau tahap kata tanpa makna. Anak tidak menghasilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan sesuai pola suku kata. Anak mulai menghasilkan bunyi konsonan-vokal dengan satu suku kata yang sering diulang-ulang (Tarigan, 1984).

II. Periode Linguistik

Periode linguistik berada pada tahap suku kata dimana anak hanya mengulang kata yang telah didengarnya. Menurut Suhartono (2005) anak usia TK berada pada tahap perkembangan bicara kombinatori dengan ciri-ciri:

Anak mampu menggunakan bahasa dalam bentuk negatif, interogatif.

Kalimat yang diucapkan sudah mengarah pada kalimat pendek dan sederhana.

Berani mengatakan tidak jika disuruh melakukan sesuatu.

Dapat menunjukan ketidaksetujuan.

Bicara lebih teratur dan terstruktur.

Bicara anak sudah dapat dipahami orang lain

Anak mampu merespon pembicaraan orang lain baik positif maupun negatif.

Menurut pendapat lain, Mangantar Simanjuntak dan Soenjono Dardjowidjojo menyatakan bahwa tingkat perkembangan bicara anak usia dini adalah sebagai berikut (Suhartono, 2005: 82-84):

Tingkat membabel (0-1 tahun); Anak sudah mampu mengucapkan pola suku kata yang berbentuk konsonan vokal (KV).

Masa holofrasa (1-2 tahun); Pada mulanya anak menggunakan satu kata, yaitu kata benda atau kata kerja, yang kemudian digabungkan dengan isyarat untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh (Hurlock, 1976: 189). Contoh: kata “cucu”, untuk menyampaikan “saya ingin minum susu”.

Masa ucapan dua kata (2-2,6 tahun); Anak sudah mampu mengucapkan dua kata seperti “ma susu“ yang berarti “mama, saya minta susu”. Hurlock (1978: 189) menambahkan bahwa pada usia dua tahun, anak mampu menggabungkan kata ke dalam kalimat pendek yang kerap berupa kalimat tak lengkap yang berisi satu atau dua kata benda, satu kata kerja, dan kadang-kadang satu kata sifat atau kata keterangan. Menurut Soenjono (200: 128), pada saat anak menggunakan ujaran dua kata, ujaran tiga kata pun sudah mulai digunakan.

Masa permulaan tata bahasa (2,6-3 tahun); Anak mulai dapat menggunakan bentuk bahasa yang lebih rumit. Kalimat yang diucapkan umumnya berupa kata tugas seperti “papa pergi ke kantor”.

Masa menjelang tata bahasa dewasa (3-4 tahun); Pada masa ini, anak dapat menghasilkan kosakata yang lebih rumit. Anak telah mampu menggunkaan imbuhan secara lengkap dan juga mempunyai subjek, predikat, dan objek bahkan keterangan bila diperlukan.

Masa kecakapan penuh (4-5 tahun); Anak yang normal telah mempunyai kemampuan berbicara sesaui kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya. Anak mampu memahami apa-apa yang disampaikan orang lain kepadanya atau apa yang ingin di sampaikanya kepada orang lain dengan baik. Hurlock (1978: 189) menambahkan bahwa di usia 4 tahun kalimat anak sudah lengkap berisi semua unsur kalimat.

Anak dikatakan dapat berbicara apabila sudah dapat menggunakan bahasa, yaitu dapat mengeluarkan kata-kata yang berarti untuk dapat berhubungan dengan orang lain (Muhammad Azmi, 2006: 35). Anak mampu berkomunikasi dengan ujaran yang tepat dan jelas. Menurut Endang Supartini (2003: 65) dalam berkomunikasi, pembicaraan kita diharapkan selalu runtut, suara diikuti suara, kata diikuti kata, kalimat per kalimat. Beberapa orang mampu berbicara dengan lancar, namun beberapa orang saat berbicara masih diselingi eng.......eng..... atau eh...eh...eh, atau melakukan pengulangan (Endang Supartini, 2003: 66).

Next Post Previous Post